Selasa, 08 Januari 2013

Interaksi Budaya di Cirebon


Interaksi Budaya di Cirebon

Interaksi merupakan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi, ada aksi dan ada reaksi, pelakunya lebih dari satu, individu dan individu, individu dan kelompok, kelompok dan kelompok dan lain-lain. Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari hubungan satu arah pada sebab akibat. Kombinasi dari interaksi-interaksi sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena baru yang mengejutkan. Dalam berbagai bidang ilmu, interaksi memiliki makna yang berbeda. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa interaksi budaya adalah sebuah proses saling mempengaruhi suatu cara hidup yang berkembang di suatu kelompok manusia dan memiliki efek satu sama lain. Berikut adalah contoh-contoh interaksi budaya:

 1. Kerja Sama
Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan.
Contoh: Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong antar sesama warga dalam masyarakat. Contoh : gotong royong yang dilakukan di suatu desa untuk membangun rumah salah satu warga.

2. Akomodasi
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa cara menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiaanya.
Contoh: PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) membantu penyelesaiannya dua negara yang sedang berselisih.

3. Asimilasi
Proses asimilasi di tandai dengan usaha dari orang atau kelompok manusia untuk mengurangi perbedaan-perbedaan yang ada. perberdaan-perbedaan tersebut dapat berupa sikap, tindakan, perasaan, dan budaya. Hasil asimilasi menyebabkan semakin tipisnya batas perbedaan antara dua individu dalam satu kelompok maupun batas-batas perbedaan antar kelompok.
Contoh: Pasangan suami istri yang baru menikah, istri bersuku jawa sedangkan suami bersuku Sumatra, maka lambat laun mereka akan membentuk satu keluarga baru yang dimana budaya keduanya melebur dan bercampur.

4. Akulturasi
Akulturasi adalah dua kebudayaan yang hidup berdampingan secara damai. Hal ini terjadi karena dalam asimilasi terdapat proses penerimaan dan pengalihan unsur-unsur kebudayaan suatu kelompok lain dengan tidak mengilangkan ciri budaya dari masing-masing kelompok.
Contoh: Pertemuan antara kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Islam di  Indonesia menghasilkan kebudayaan Islam yang bercorak Hindu.

            Salah satu bentuk/ contoh dari interaksi budaya dapat dilihat di salah kota besar di Jawa Barat yaitu Cirebon. Di Cirebon masih terdapat cukup banyak bangunan-bangunan yang merupakan hasil peninggalan masa lampau sebagai bentuk interaksi yang dituang ke dalam karya seni bangunan yang indah yaitu arsitektur. Salah satunya dapat dilihat di Keraton Kasepuhan yang terletak di tengah kota Cirebon yaitu di Jalan Keraton Kasepuhan no 43. Dalam keraton ini terdapat nuansa asimilasi antara budaya Jawa, Sunda bahkan Cina dan Eropa. Hal ini dapat dilihat dari ornamen-ornamen yang terdapat di dalam keraton mulai dari porselain-porselain Cina, lampu-lampu hias dari Eropa dan juga keramik-keramik yang melukiskan gambar-gambar tentang tokoh dalam Alkitab. Bila melihat keluar, terdapat gerbang yang menyerupai pura di Bali, ukiran daun pintu gapuranya yang bergaya Eropa, pagar Siti Hingilnya dari keramik Cina, dan tembok yang mengelilingi keraton terbuat dari bata merah khas arsitektur Jawa yang merupakan bukti lain terjadinya proses akulturasi. Nuansa akulturasi semakin nyata bila memasuki ruang depannya yang berfungsi sebagai museum. Di dalam museum terdapat benda-benda peningggalan kerajaan seperti peralatan perang, meriam, dan kereta kencana yang digunakan saat berperang. Kereta ini disebut kereta singa barong, berkepala gajah yang belalainya memegang trisula yang merupakan pengaruh Hindu. Sedangkan singgasana raja yang terbuat dari kayu sederhana dengan latar 9 warna bendera yang melambangkan Wali Songo. Hal ini membuktikan bahwa Kesultanan Cirebon juga terpengaruh oleh budaya Jawa dan Agama Islam. Keraton Kasepuhan kian mengukuhkan bahwa di Kota Cirebon pernah terjadi akulturasi. Akulturasi yang terjadi bukan hanya antara kebudayaan Jawa dengan kebudayaan Sunda tetapi juga dengan berbagai kebudayaan di dunia seperti Cina, India, Arab, dan Eropa. Hal inilah yang membentuk identitas dan tipikal masyarakat sekarang ini, yang bukan Jawa dan bukan Sunda.