Sabtu, 23 Januari 2010

judul : perfume : The story of a Murderer
no. ISBN : 979397205x
penulis : Patrick Suskind
penerbit : Dastan Books
tanggal terbit : juli-2006
jumlah halaman : 428
berat buku : -
jenis cover : softcover
dimensi (L x P) : 125 x 190 mm
kategori : Suspense
bonus : -
text bahasa : Indonesia

Sinopsis Novel
Seorang pembunuh genius, aroma perawan dan parfum terbaik
pembunuhan berantai yang misterius. dua puluh gadis perawan tewas mengenaskan, pkaian beserta rambut dan kulit kepala mereka hilang. Tubuh mereka benar-benar layu, seolah tak pernah hidup sebelumnya. Seakan seluruh daya hidup yang pernah ada telah terisap tak bersisa. Semua pembunuhan identik. Dilakukan dengan amat rapi dan terencana. Masterpiece seorang seniman yang genius.
Jean-Babtiste Greanouille lahir tanpa bau tubuh namun memiliki indra peciuman yang luar biasa. Ia mampu memilah-milah seluruh bau yang ada. Dari seorang ahli parfum ternama, ia mewarisi seni meramu berbagai minyak dan tumbuhan. Namun kegeniusan Greanouille melampaui itu semua. Setelah “menangkap” aroma seorang perawan cantik, ia terobsesi untuk menciptakan “parfum terbaik” beraroma perawan!
Dituturkan dengan amat brilian, perfume adalah kisah yang sungguh memikat tentang pembunuhan dan kegeniusan yang menyimpang. Novel bestseller yang eksotis dan sensasional ini membangkitkan rasa penasaran yang menakutkan tentang aoa yang terjadi ketika bakat, hasrat dan
kecendrungan seseorang akan bau dan aroma mengubahnya menjadi seorang pembunuh. Membunuh demi ” Parfum Terbaik “.

Resensi Novel

Novel perfume adalah kisah yang memikat tentang pembunuhan dan ” kegeniusan ” yang menyimpang. Novel bestseller yang sensasional ini membangkitkan rasa penasaran yang menakutkan tentang apa yang terjadi ketika bakat, hasrat dan ecendrungan akan aroma tubuh mengubahnya menjadi pembunuh yang genius.
Hasrat membunuh memang beraneka ragam, tapi yang membuat novel ini memikat justru keunikan dari motif membunuh Greanouille, sang tokoh utama demi sebuah aroma. Keunikan itu mengantar Suskind layak diacungi jempol. Suskind mampu merangkai ide tentang aroma culup detail. Hasrat membunuh yang muskil, dan efek parfum yang melahirkan citra. Novel ini pun, dari segi gagasan, sudah mengundang decak kagum.
Jean-Babtiste Greanouille sejak awal kelahirannya sudah tidak diinginkan oleh ibu kandungnya yang seorang pelacur. Karakter tokoh sejak dini digambarkan sangat tegas(tidak disembunyikan) sebagai manusia abnormal, pun hanya dengan satu kekurangan yang tidak dimilikinya, sebagai manusia ia lahir tanpa bau badan. Tapi dari kelihaian dari tuturan yang disuguhkan justru mengangkat jati diri sang tokoh hadir dan menempati ke titik tertinggi sebagai seniman genius sebagi ahli pembuat parfum tanpa cela yang punya kelebihan yang tidak dimiliki manusia lainnya.
Kelebihan Greanouille mencium bau, membuatnya belajar tentang parfum dan mewarisi seni meramu minyak. Di usia 18 tahun, dia memempuh perjalanan ke selatan untuk belajar teknik penyulingan. Akhirnya ia terpikat pada aroma perawan seorang gadis berambur merah dan membunuhnya untuk menghirup aroma perawan itu. Dari peristiwa itu, Greanouille berambisi untuk menciptakan parfum beraroma perawan. Akan tetapi untuk meramu parfum yang ia cita-citakan itu, Greanouille tak butuh hanya satu aroma perawan saja, melainkan 25 perawan. Dua puluh empat sudah ia bunuh, tinggal perawan berambut pirang Laure yang harus ia tunggu sampai berumur 16 tahun. Tapi gadis itu dijaga ketat oleh sang ayah.
Bagaimana kelanjutannya ? silakan anda membaca sendiri.
Lebih dari sekedar unik, novel ini juga memiliki beberapa kelebihan. Selain didukung riset memadai soal aroma, novel ini juga menarik dan tak membosankan. Karakter dan perubahan tokoh cerita juga digambarkan dengan kuat. Dari lahir hingga meninggal ada konsistensi yang cukup kuat dari keteguhan pengarang dalam menceritakan ” kebencian hidup ” Greanouille. tak salah, sejak awal kisah ini menegaskan sifat Greanouille yang aneh.
Adapun kekurangan novel ini menurut saya adalah plot novel thriller yang seharusnya menegangkan tersaji amat datar.
Judul Cerpen : Cinta adalah Kesunyian

Nama Pengarang : Gabriel Garcia Marquez

Penerbit : Pusaka Sastra LKiS Yogyakarta

Tebal Buku : 164 halaman

Cerpen yang diresensikan, halaman 75-83

Cetakan : ke-IV, Juli 2009

Penerjemah : Anton Kurnia

Latar Belakang Pengarang

Gabriel Garcia Marquez dilahirkan di Aracataca, Kolombia, 1928. Ia adalah peraih Hadiah Nobel Sastra 1982. Anak seorang operator telegraf itu penah belajar ilmu hokum di Universitas Nasiaonal Kolombia, namun tak selesai. Lalu ia bekerja sebagai wartawan dan kontributor untuk sejumlah kantor berita di beberapa negara Amerika Latin, Eropa dan New York. Di kemudian hari ia menjadi redaktor harian berpengaruh yang terbit di Bogota, El Espectador. Marquez dikenal dunia sebagai pengibar realisme magis dalam novel-novelnya, Al Coronet No Tiene Quien Ie Escriba – Tak Seorang Pun Menulis pada Seorang Kolonel (1961). Los Funerales General en Su Labrinto – Sang Jendral pada Labirinnya (1989). Ia juga menerbitkan sejumlah buku nonfiksi.

Sinopsis Cerpen

Florentino Ariza sebagai tokoh utama dalam cerpen ini menggambarkan seorang lelaki dewasa yang selalu melamunkan dan membayangkan pujaan hatinya. Fermina Daza, perempuan khayalannya itu tak banyak diceritakan dalam cerpen ini. Namun pengarang lebih menekankan inti cerita pada arti cinta dan kesunyian. Dalam perjalan Florentino Ariza, ia mendapatkan kejadian yang sangat tak terduga. Suatu cinta ia dapat dengan sekejap dengan seorang wanita yang tak ia kenal sedikit pun dan hilang begitu saja dalam kesunyian. Dengan bagaimana Florentino Ariza mendapatkan cinta sesaatnya itu? Coba luangkan ssdikit waktu untuk membaca cerpen peraih Nobel Sastra ini, mungkin akan menambah inspirasi karya sastra kita.

Analisis Unsur Instrinsik

Tema : Cinta dan Kesunyian

Setting : perjalanan di sungai dengan menggunakan kapal

Alur : maju dan mundur

Tokoh : Florenzino Ariza, Kapten Kapal, Duta Besar Inggris dan Wanita misterius

Perwatakan : Florenzio Ariza orang yang tenang dan tidak gegabah.

Kapten Kapal orang yang tegas dan melaksanakan tugasnya.

Duta Besar Inggris orang yang kurang arif dan semaunya.

Wanita misrerius orang yang misteri dan tak pernah memikir panjang.

Sudut Pandang : pengarang sebagai orang ketiga yang banyak tahu.

Amanat : “cinta dengan nafsu sesaat hanya membuat kenikmatan sesaat dan mengakibatkan keterburukan sendiri”

Analisis Unsur Ekstinsik

Nilai Moral : Cinta itu bukan nafsu sesaat kenikmatan dunia, hal seperti ini hanya membuat seseorang terjun dalam keterpurukannya, penyesalan dan kehilangan harga dirinya.

Nilai Sosial : Jabatan setinggi apapun sepatutnya tetap menghargai sesama dan makhluk hidup lainnya. Serta, alangkah baiknya seseorang berinteraksi telah saling mengenali satu-sama lain.

Nilai Budaya : Kebiasaa masa orang Eropa dengan sistem kenegaraannya. Dalam cerpen ini sangat menggambarkan suasana zaman peperangan di negara itu dan adat tunduk serta hormat pada seorang Duta Besar.

Keunggulan Cerpen

Dalam cerpen ini, pengarang menitikberatkan gambaran dan bahasa sastra lama, kebahasaan yang sangat dijiwai pengarang membuat para pembaca kagum. Dan membuat para pembaca lebih terinpirasi. Terutama pada diakhir-akhir alinea, mulai terlihat ciri pengarangyang menggambarkan cerita dapat berakhir dengan hal apapun, tak harus sedih atau pun senang.

Kelemahan Cerpen

Cerita ini memang menggambarkan abad dua puluhan yang kemungkinan besar banyak pembaca sulit membayangkan masa itu. Dan mungkin tak sedikit pembaca akan berhenti di lembar kedua, karena di masa kini sulit untuk memahami bacaan yang tinggi kebahasaannya.

Kesimpulan

Sebagai peresensi berdasarkan dari keunggulan dan kelemahan cerpen ini menilai bahwa cerpen ini baik untuk dipublikasikan karena akan menambah imajinasi pembaca dan mencoba untuk memotifasi menjadi penulis.
Judul: Soe Hok-Gie..Sekali Lagi
Penulis : Rudy Badil, dkk
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Tebal : xxxix + 512 Halaman
Tahun : Desember 2009


Soe Hok Gie adalah ikon gerakan mahasiswa. Ia telah menjadi inspirasi bagi banyak aktivis kampus di era tahun 1980-an hingga 1990-an. Bahkan catatan hariannya yang dibukukan dalam Catatan Seorang Demonstran, menjadi semacam bacaan wajib bagi peminat ataupun simpatisan dunia pergerakan.

Dari buku tersebut dapat dilihat bagaimana Hok-Gie merespon realitas. Jejak kegelisahan, semangat, perenungan, sikap maupun idealismenya dapat dilihat dari buku tersebut. Buku tersebut seolah menjadi representasi dunia batin adik kandung budayawan Arief Budiman itu.
Namun, sisi human interest dari Hok-Gie memang sulit untuk dilacak. Rasanya belum ada literatur yang mengungkap sisi ini. Padahal hal ini boleh jadi sisi yang "misterius" dari Hok-Gie, sebut saja bagaimana cara ia bergaul dengan karib serta koleganya, bagaimana cara ia menangani permasalahan di lapangan, ataupun bagaimana hubungannya dengan beberapa teman dekat wanitanya.

Kehadiran buku Soe Hok-Gie…Sekali Lagi, tampaknya mulai membuka sisi lain dari Hok-Gie. Sosoknya perlahan mulai terungkap meskipun tidak bisa secara utuh mengurai kompelksitasnya.

Buku ini berisi sejumlah tulisan dari beberapa sahabat dekat, rekan pencinta alam yang tergabung dalam Mapala (Mahasiswa Pencinta Alam) Universitas Indonesia, budayawan, peneliti, sineas, maupun aktor. Dari tulisan-tulisan inilah dapat diketahui mozaik lain dari Hok-Gie.

Penulis pertama buku ini adalah Rudy Badil, salah seorang anggota Mapala UI yang ikut serta dalam pendakian ke Semeru pada pertengahan bulan Desember 1969. Di bagian awal inilah Rudy menceritakan apa yang dialaminya pada hari-hari saat-saat terakhir bersama Hok-Gie.
Tulisan ini diletakan di bagian awal karena memang kisah inilah yang paling tragis dari Hok-Gie. Di bagian ini dikisahkan saat-saat terakhir Rudy Badil bersama Hok-Gie. Dikisahkan bagaimana ia sempat melihat Hok-Gie yang masih bertahan di puncak Semeru sementara pendaki lain sudah turun karena cuaca saat itu dianggap mulai tidak bersahabat.

Namun tidak lama setelah itu Rudy Badil diberitahu oleh pendaki lain bahwa Hok-Gie dan Idhan Lubis mengalami kecelakaan. Belakangan diketahui kematiannya itu disebabkan oleh gas beracun yang keluar dari kawah Semeru, gunung berapi yang masih aktif.

Dikisahkan pula bagaimana sulitnya proses evakuasi kedua jenazah tersebut. Hal ini disebabkan sulitnya menjangkau lokasi karena medan yang cukup berat. Namun, dengan bantuan penduduk setempat, kedua jenazah dapat diturunkan.

Dari sejumlah tulisan lain dalam buku ini, terungkap pula bahwa Hok-Gie adalah sosok idealis yang seakan tidak pernah takut kepada siapa pun selama ia yakin dengan sikapnya. Bahkan ia siap berhadapan dengan penguasa jika memang penguasa tersebut berbuat sesuatu yang dianggapnya mencederai rasa keadilan.

Tidak heran jika kritik mapun protes keras acap kali ia sampaikan kepada penguasa, terutama lewat tulisan-tulisannya di berbagai media massa. Hasilnya, Hok-Gie memang dianggap orang yang berseberangan dengan penguasa. Termasuk ketika Hok-Gie terang-terangan melawan Presiden Soekarno yang dianggap memberi ruang terlalu berlebihan untuk Partai Komunis Indonesia (PKI).

Menariknya, meskipun Hok-Gie adalah seorang anti-komunis--ditandai dengan dengan terjun langsungnya ia ke arena perlawanan terhadap komunisme--tetapi dia tetap protes ketika terjadi pembantaian massal terhadap orang-orang yang dianggap memiliki hubungan dengan PKI tanpa melalui proses di pengadilan.

Stanley Adi Prasetyo, Komisioner Komnas HAM Republik Indonesia yang menyumbangkan tulisan dalam buku ini, mengutip tulisan Hok-Gie untuk memperlihatkan sikap Hok-Gie, terhadap masalah pembantaian tersebut. Hok-Gie dalam dalam majalah Mahasiswa Indonesia edisi Jawa Barat menulis, ketika pembunuhan dilangsungkan, para tawanan sering minta untuk segera dibunuh saja. Alasannya, mereka telah mengetahui bagaimana hidup mereka akan berakhir. Hal itu dilakukan karena mereka takut menghadapi siksaan atau cara pembunuhan mengerikan yang dilakukan oleh manusia yang menyebut dirinya ber-Tuhan (Hal. 349).
Hok-Gie memang sinis dengan ketidakadilan maupun kemunafikan. Ia tidak segan melakukan serangan terhadap realitas seperti itu. Untuk soal ini sikapnya hanya hitam-putih, tidak ada wilayah abu-abu. Dalam pandangannya, setiap kekeliruan harus diluruskan, meskipun itu dilakukan seorang pejabat yang memiliki otoritas.

Keiritisan Hok-Gie ternyata bersifat mengakar, hingga menyentuh persoalan agama. Dalam hal ini Hok-Gie tidak main mutlak-mutlakan. Ia yang mengaku mengalami "krisis kepercayan", menolak pendapat dari otoritas pemuka agama yang menyatakan bahwa agama yang mereka anut adalah satu-satunya agama yang akan mengantarkan manusia ke surga. Bagi Hok-Gie gagasan ini terlalu berlebihan. Baginya agama haruslah membawa pembebasan, dan bukan menjadi alat masyarakat untuk mencapai kepentingan tertentu.

Di balik itu semua ada sisi menarik lain dari Hok-Gie. Meskipun selalu berikap kritis dan tegas terhadap apa yang dilihatnya, toh tetap saja Hok-Gie adalah anak muda dengan dinamikanya sendiri, entah itu dalam pergaulan, komunitas hobi, kampus, sampai perempuan.
Dalam pergaulan misalnya Hok-Gie dikenal akrab dan terbuka dengan sejumlah kawan. Pembicaraan mereka pun sangat khas anak muda, termasuk subjek atau pembicaraan yang dianggap "menyerempet bawah perut"--begitu istilah Kartini Syahrir dalam buku ini.
Sisi lain kemanusiaan Hok-Gie yang ingin diungkap dalam buku inilah adalah kesepian yang dialaminya. Di tengah kegiatannya yang nyaris seakan tidak ada jeda, mulai dari menggalang massa mahasiswa turun ke jalanan, hingga naik gunung bersama pecinta alam lainnya, Hok-Gie adalah potret manusia yang dilanda sepi. Keironisan itulah yang ditangkap oleh Aris Santoso dalam buku ini. Inilah kesepian yang harus diterima Hok-Gie sebagai konsekuensi dari pilihan idealisme, keteguhan hati, dan kesetiaan kepada kebenaran.

Jelaslah, buku ini bukan sebuah usaha untuk mengultuskan sosok Hok-Gie. Sebaliknya buku ini mencoba untuk memperlihatkan sosok Hok-Gie apa adanya, dari sudut pandang orang-orang yang mengagumi dan mencintainya.

Buku ini sebenarnya dapat lebih kaya jika surat-surat pribadi Hok-Gie hasil korespondensinya dengan sejumlah orang dapat dimuat. Bukankah ia disebut-sebut berkorespondesi dengan Ben Anderson, Daniel S Lev, David R Looker, Syharir, sampai Onghokham. Tentu saja hal ini perlu usaha yang lebih rumit untuk mengumpulkan kembali surat-surat yang dimaksud.

Namun demikian, kehadiran Soe Hok-Gie...Sekali Lagi sedikitnya dapat memberikan sebuah penggalan lain kisah seorang Hok-Gie. Kita pun diingatkan kembali bukan hanya kepada keberaniannya, tetapi juga persoalan bangsa Indonesia yang membutuhkan politisi serta pemimpin yang peduli, peka dan siap bekerja untuk kemajuan bangsanya tanpa pamrih.

Minggu, 03 Januari 2010

“HARI YANG ANEH”



Pada suatu hari yang cerah. Di kerajaan sma labschool. bersekolahlah seorang artis yang sangat popular, dia bernama Alisa Soebonbon yang akrab dipanggil Bonbon. Di ikuti para siswa lainnya yang menjadi pengawal-pengawalnya . (lagu ran selamat pagi) (d perankan oleh body.guard sang artis ). (para pengikutnya mendadani artis tersebut dengan sibuknya).



Artis : uuh .. panas banget ya hari ini. Upacara lagi. BĂȘte banget de !

Pengikut 1 : tenang bonbon, saya payungi. Coblos partai no 080989 4 kalie (nada telkomnet instan) yang ada payung nya iya . lo ko jadi kampanye iya .

Semua pengikut : capped de !!

Artis : aduu .. haus.haus .

Pengikut2 : ini.. ini.. minum dulu,minum dulum .oky jelli drink penyelamat keselamatan sebelun dehidrasi. hho.hho.

Artis : keringetan gini addo gak suka .

Pengikut3 : coba angkat tangan nya (artis mengangkat tangannya), ii bau ketek. Makannya pake relaxa dung. Eh.. salah rexona makusdnya.
Dan datanglah gank para co. yang menjuluki diri mereka gang cu.cok rowo. Dengan Dipimpin oleh seorang komandan yang bernama wong baim tu orang to (dengan menggunakan logat jawa). Dan para pengawalnya yang setia. (kelompok para co datang dengan membawa peralatan perang). (dengan gaya tentara)

Komandan : berhentiiiii .. ggeeerraaakkk .

Semua pengawal : satu . dua . (berhenti dengan tidak kompak).

Komandan : merdeka .

Semua pengawal : merdeka.

Komandan : hidup atau mati ?

Pengawal1 : atau saja. (semuanya saling pandang).

Pengawal2 : heii.. awass. Awasss. Mingir donk.minggir.
Pengikut4 : eh .. apaan awas.awas. ini milik kita semua tau yang sekolah di sini bukan nya milik lo pada . (minda tertonjok oleh aldy) (semua bubar) BABAK 2. Tapi walaupun mereka bermusuhan ternyata, sang artis dan pengawal 3 mereka itu pacaran lo! Ternyatanya lagi, mereka sudah pacaran dari sekolah dasar! Tapi kerena teman teman mereka bermusuhan dan pengawal3 tau kalau komandannya suka sama bon.bon. maka dari itu Mereka tidak berani mengatakan kepada teman-temannya. (lagu pasha dan rossa terlanjur cinta). (mereka sambil bermesraan, sambil jalan-jalan). (saat jalan-jalan kaki pengawal6 tersandung). (semanya datang memergoki).

Pengawal4 : nahh.. ketauan ia sekarang. Ternyata kalian pacaran iya. (suara kilat.) Komandan : kau. Kau pengawal3, kau benar-benar penghianat. Penghianat bangsa dan Negara kamu.

Pengikut4 : kau juga bon.bon. kenapa kau khianati kami semua. (bon-bon dan pengawal 3 duduk d bawah. Dan dikelilingi oleh semuanya).

Artis : (lagu demi cinta) (berperan lipsing)

Pengawal5 : saya kutuk kau bon-bon menjadi batu bata ciaahh. Property ;( tongkat.)


Pengawal6 : kaya maaanya aja kamu ni. Pake ngutuk segala lagi kaya malin kundang.


Komandan : DASAR ! aku sakit hati sama kamu. Sini kalau berani, saya tantang kamu. Untuk membuktikan siapa yang lebih kuat dan leih pantas untuk bon.bon ku tersayang. (lagu marah-marah)

Pengawal3 : ok! Siapa takut. Ingin kau tantang apa aku ?

Pengikut5 : biar adil. Biar kita saja yang bikin tantangan buat kalian berdua. Dan siapa yang menang, dialah yang boleh mendapatkan bon.bon. gimana ? setuju ? Semuanya : setuju ! setuju !

Pengikut6 : dan kita semua di sini menjadi juri nya. Setuju ? Semuanya : setuju lagi. Setuju lagi.

BABAK3.

Pengikut7 : Pertandinganpun di mulai. Dengan di awali oleh pertandingan panco. satu. Dua tiga. (pertandingan panco di mulai) (lagu muse)

Pengawal3 : 7-7 Berapa?

Komandan : sama dengan akar 16:4-1 .

Pengawal3 : berapa ttu ?

Komandan : 0 besar tao !!! (komandanpun menang)

Pengikut1 : pemenangnya adalah komandan. Para pengawal&pengikut : horreeee !

Pengikut 7 : Sekarang adalah pertandingan kedua yaitu pertandingan balap makan kerupuk.

Pengikut2 : siap !! satu. Dua. Tiga. (lagu muse) (kerupuk di pegang dan mereka harus mengejar-ngejar kerupuk itu). (dan yang cepat habis adalah pengawal3)

Pengikut2 : dan pemenangnya adalah pengawal3.(tangan pengawal3 di angkat).

Pengikut 7 : Dan sekarang adalah pertandingan terakhir. Pertandingan penentuan yaitu pertandingan pacakep-cakep.

Pengawal2 : silahkan komandan maju ke depan, perlihatkan ketampanan anda.(komandan memperlihatkan badannya,seperti olah ragawan dan seorang pesilat)(lagu stoopit) (tapi ternyata di dalam badannya ada tompel yang bertuliskan afgan “afi-afi ganteng”).

Pengikut5 : apaan tu ? tompel ia ? tompelnya ada tulisannya lagi. Apa tu tulisannya, afgan ! afi-afi ganteng. (komandanpun merasa malu). Hha. Hha. Pengawal1 : hha. Zzzz! Sudah-sudah, sekarang kita coba lihat. pengawal 3 silahkan. Tunjukan lah ketampanan anda.

Pengawal3 : ok! Siapa takudd. (memperlihatkan ketampanannya dengan cara fashion show) (lagu playin sex). (lalu memperlihatkan tangannya yang bertuliskan peterpan yang artinya pemuda terlalu tampan” . hhi.

Pengawal7 : penonton. Bener gak si kalau dia tampan? Pengawal7 : dan pemenangnya adalah pengawal3. Semua : hhoorreee !! (artis memeluk pengawal3) (semua berpasangan dengan pasangan masing-masing) Artis : tapi. Tapi. Kenapa kalian akrab sekali ? bukannya kalian musuhan?

Pengikut2 : sebenarnya kita semua ini pacaran dari dulu. Tapi kami takut untuk bilang sama kalian. Hhu. (sambil berpegangan tangan dengan pasangan masing-masing). (komandan cemberut terheran-heran).

Artis : jadi kalian selama ini pacaran. Tapi ko! Pengikut4 gak ada pasangannya.

Pengikut4 : gak dong. Aku juga punya pasangan ko. Ini pasangan ku. Aku pacar keduanya pengawal 5. Hhi.

Artis : hha.(terkejut). Maunya pacaran sama dia. Tapi bagus lah kalian tetap akur.


Komandan : terus aku gimana dong ? (tag bisa memiliki samson)

Semua : telor-telor ulat-ulat kepompong kupu kupu kasian de lu. Kasian de lu. Semua : (bersenang-senang). (berteriak-teriak). (lagu kepompong). (sambil nyanyi semuanya)

Akhirnya semua berteman. Berawal dari kebohongan dan tidak adanya saling keterbukaan bagaikan bintang yang tak beralaskan langit. Makannya kita semua harus saling percaya iya sama teman kita sendiri. Jangan sampai persahabatan kita yang harus terjalin dengan baik berubah dengan permusuhan yang tak beralasan. OK! See you. (semua sambil berpegangan tangan”waktu terasa semakin berlalu tinggalkan cerita tentang kita”
Rian; Hi...ibnu
ibnu; hi.. rian
rian: nice to see you again in this mall
ibnu: nice to see you too rian
rian: what are you doing here?
ibnu: i want to watch a movie in a theatre, it because i haven't a planning in a holiday.
rian: oh that's sounds good.
ibnu: what about you ? do you have planning on your holiday?
rian: mmmhh.. i want to go to puncak by car in this holiday, would you like to join with me?
ibnu: that's a very good idea, when we go there?
rian: how about saturday?
ibnu: just a minute. let me see. ok. saturday would be fine.
rian: ok see you on saturday ibnu.
ibnu: ok rian see you

In Puncak

ibnu: it's very nice place in west java. what do you think about this place rian?
rian: as same as you, it's very nice and cold place. it's very different with jakarta.
ibnu: are you cold now? would you like to mang idi's place?
rian: what are we doing there?
ibnu: we can order some hoy water/some food there.
rian: ok that's a good idea.


In mang idi's

ibnu: what do you want to order rian?
rian: mmmhh... how about a cup of coffe and a fried rice?
ibnu: oh,yes..i'd love to. as same as you i order a cup of coffe and fried rice.
rian: by the way, do you bring a tolak angin ? i feel not better now
ibnu: yes, i bring it. let me help you to make you better. wear this sweater and drink a tolak angin .
rian: please don't bother me. i can manage it . thank you. i'm sorry to cause you all this trouble.
ibnu: it's no trouble at all, really